Pages

Labels

Senin, 26 November 2012

Guru....


Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak guru, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku, semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku, s'bagai prasasti trima kasih tuk pengabdianmu, Engkau bagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan, Engkau  patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa. Inilah sepenggal kalimat indah yang selalu kita dengarkan pada Hari Guru yang jatuh pada tanggal 25 November setiap tahunnya.
Guru.. Guru.. Guru.. apa lagi ya ? pahlawan tanpa tanda jasa ? Guru itu pahlawan ? Guru itu agen perubahan ? banyak kata yang dapat dilukisan sosok seorang guru.
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebab, guru memberikan segudang ilmunya kepada kita semua. Namun, ia tidak mengharapkan imbalan berupa apapun. Guru adalah sebuah profesi yang sungguh mulia, karena telah memberi jasa sangat besar. Kira-kira kalau didefinisikan dengan angka seberapa besarnya jasa guru ? Ayo coba kita bayangin, Pasti banyak banget. Tapi, bagaimana kalau ada guru yang pemarah/killer ? Eits, sabar dulu jangan berfikir guru itu jahat, Guru killer itu adalah guru yang peduli dan sayang kepada anak-anak muridnya. Ya tentu, Guru killer itu marah karena memperhatikan tingkah laku nakal kita. Jadi, guru killer adalah guru yang perhatian.

Menjadi seorang guru bukanlah masalah warisan nasib atau keluarga, ini adalah pekerjaan yang sangat butuh tanggung jawab dalam membentuk karakter manusia. Guru harus mampu memfasilitasi pembelajaran pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap untuk memenuhi kebutuhan pendidikan para siswanya. Guru dan pendidikan merupakan dua hal yang erat hubungannya. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh peran guru, lingkungan, kebijakan pemerintah dan instrumen lainnya. Guru memang bukan satu-satunya elemen penentu keberhasilan pendidikan, namun tidak berlebihan apabila dikatakan guru adalah kunci utama pendidikan.
Suatu negara bisa dikatakan maju apabila negara tersebut memiliki taraf pendidikan yang tinggi , Guru adalah ujung tombak pendidikan, tanpa guru ? maka tidak ada pengetahuan, para Ibu Bapak guru telah banyak berkontribusi bagi Pemerintah dalam mengurangi kebodohan masyarakat.
Tema peringatan Hari Guru Nasional tahun 2012 dan HUT ke-67 PGRI adalah “Memacu Professionalisasi Guru melalui Peningkatan Kompetensi dan Penegakan Kode Etik”. Dengan demikian keberadaan dan peran guru sangat menentukan keberhasilan mutu sistem dan hasil pendidikan  yang bermutu dan berkwalitas karena hakekat pendidikan itu adalah berlangsung seumur hidup, bersifat semesta dan menyeluruh.
Guru pada zaman sekarang telah dilengkapi fasilitas yang sudah lebih dari cukup, seharusnya kualitas mengajar harus lebih maksimal lagi , tidak seperti zaman dulu yang dimana meskipun para guru harus berjalan cukup jauh untuk sampai ke tempat mengajar sangat jauh dan hanya dengan mengayuh sepeda, tetapi itu tidak me ngurangi semangat  perjuangan sebagai  guru. Dan perlu diingat  kembali  bahwa perjuangan  mereka itu tanpa bayaran maupun imbalan dari pihak manapun. Semoga di Hari Guru ke 67 ini kualitas pendidikan akan lebih baik lagi.(benny)

Selasa, 20 November 2012

Opini Tentang Pendidikan Di Indonesia

Artikel kiriman siswa : Chellina Zahria Oktavia

Menurut saya tentang pendidikan di Indonesia yaitu, masih kurang baik. Sebagaimana pendidikan itu sendiri mempunyai makna sebagai bekal untuk menuju hal-hal yang lebih baik bagi setiap orang. Pendidikan mencakup semua aspek penting dalam diri tiap individu khususnya aspek kepribadian. Aspek-aspek pendidikan yang berpengaruh dalam kehidupan tiap individu yakni, kecerdasan, keagamaan, akhlak, bermasyarakat, keterampilan, pengembangan potensi dan juga berbangsa dan bernegara.
Mengapa saya menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia masih kurang baik? Karna tidak semua sekolah memenuhi standar pendidikan. Dan masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum merasakan pendidikan yang layak dan bahkan putus sekolah. Dan di Indonesiapun ada istilah “suap-menyuap”, “beli nilai” dan bahkan ijasah pun bisa dibeli di Indonesia.
Atap sekolah bocor = tidak sekolah kalau hujan ?
Di Indonesia, sangat banyak sekolah yang tidak layak untuk dipakai sebagai tempat belajar atau untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Karena tidak adanya bantuan dari pemerintah setempat. Pemerintahan di Indonesia juga kurang memperhatikan sekolah-sekolah dipelosok-pelosok negri yang kita cintai ini. Keadaan sekolah ini sangat memprihatinkan. Dimana banyak anak-anak di Indonesia yang kurang mampu, namun mempunyai semangat belajar yang tinggi. Lagi-lagi karna masalah ekonomi, yang membuat pendidikan mereka terhambat, sehingga mereka sering terganggu dalam proses belajar mengajarnya karena tempat yang tidak layak dan sangat mengganggu. Seperti misalnya atap yang bocor saat hujan, atau bahkan banjir. Bagaimana bisa pemerintah kita tidak menyadari keadaan pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan ini, sedangkan sangat sering siaran televisi menyiarkan berita tentang pendidikan.
Semua karna UANG. Tanpa uang, pemerintahan tak akan jalan. Tanpa uang, pemerintahan tak akan bergerak. Tanpa untung timbal balik juga pemerintah akan “BUTA”. Itulah, kurangnya pendidikan akhlak, banyak terjadi korupsi. Bahkan mungkin juga korupsi uang dana bantuan sekolah. Semua pihak atau kalangan bawah merasa dirugikan karena adanya korupsi. Korupsi sangat mencoreng moral aspek pendidikan.
Kita sebagai manusia, pastilah memiliki cita-cita. Dan dari sekolahlah kita memulai untuk belajar agar bisa menggapai cita-cita kita. Kita mulai belajar dan mendapat ilmu dan juga ijasah, surat yang paling dibutuhkan di masa depan kita, khususnya dalam berkarir. Dan lagi-lagi karna UANG, orang yang tidak memenuhi pendidikanpun bisa mendapat ijasah hanya dengan “membeli”. Sangan memalukan bukan? Bukan hanya ijasah, nilai-nya pun bias dibeli. Dan yang sangat tidak adil bagi masyarakat bawah adalah orang yang dengan mudah dan hidup lebih dari cukup yang bisa membeli ijasah beerta nilai-nilainya, bisa mendapat jabatan yang tinggi dengan upah gaji yang memuaskan pula. Tapi bagaimana dengan masyarakat kalangan bawah, yang hanya bermodalkan niat dan pendirian yang kokoh untuk mencapai pendidikan yang tinggi, yang belum terjamin masa depannya, kehidupan karirnya untuk mendapatkan kedudukan selayak usaha dan keahlian yang mereka punya. Semua sangat tidak adil. Masih adakah kesempatan untuk masyarakat kalangan bawah? SATU BANDING SEJUTA. Sekarang di Indonesia, kebanyakan bukan masalah yang paling utama, yaitu SKILL, namun seberapa besar uang “sogokan” nya.
Andai saja pemerintahan kita jauh lebih tegas pastilah tidak aka nada yang merasa dirugikan. Coba bayangkan resiko yang harus ditanggung pemerintahan itu sendiri kedepannya. Ya, semua karena sudah terlena dengan UANG. Kurangnya aspek pendidikan keagamaan, akhlak dan berkehidupan bermasyarakat.
Kembali ke masyarakat kalangan bawah, banyak anak-anak di Indonesia yang tidak bersekolah karna tidak memiliki biaya. Mereka menghabiskan hari-hari mereka untuk mencari uang, yang seharusnya dilakukan orangtua mereka. Mereka kebanyakan mencari uang dijalanan, dan bahkan ada juga yang bekerja sebagai tukang angkut, yang biasanya bebannya sangat berat, pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa. Sangat menyedihkan mengetahui mereka masih anak-anak dibawah umur, yang seharusnya mereka menerima pelajaran disekolah atau bermain dengan teman-temannya. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas ini semua? Butakah para pemerintah yang “sudah pasti” pernah melihat kejadian seperti ini. Bagaimana dengan masa depan anak-anak itu? Masa depan bangsa kita? Pandangan Negara lain tentang kejadian ini? Bisakah pemerintah mendirikan pos untuk ana-anak ini mengetahui betapa penting dan berharganya arti pendidikan. Tidak perlu mewah dan megah, tetapi bisa membuat mereka mengerti. Saya yakin ada banyak sekali sukarelawan ataupun pahlawan pendidikan yang senantiasa membantu mereka. Ini semua juga demi masa depan bangsa kita.
Essay saya ini memang hanya menjelaskan kelemahan pendidikan di Indonesia, namun bukan berarti tidak ada kelebihannya. Banyak juga anak atau pelajar Indonesia yang mengharumkan nama pendidikan Indonesia melalui pendidikan, apapun itu bentuknya. Dalam pendidikan umum, ataupun olahraga. Banyak pelajar di Indonesia yang berhasil mengharumkan nama pendidikan di Indonesia, sampai keluar negri.
Sayangnya, meski banyak sekali sekolah atau universitas di Indonesia, pelajar di negri yang kita cintai ini lebih banyak memilih melanjutkan pembelajaran diluar negri. KENAPA? Apa karena diluar negri lebih bagus, atau lebih memadai, atau karna gengsi? Sangat disayangkan pelajar di Indonesia lebih memilih sekolah diluar negri. Harapan kita semoga pelajar di Indonesia bisa membawa dampak positif, bukannya tertular dampak negative. Semoga pelajar di Indonesia bisa membawa nama baik dan menjaganya diluar sana.
Bagaimana cara memperbaiki system pendidikan di Indonesia? Di harapkan kepada pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan untuk bisa lebih membuka matanya, untuk menyadari bahwa masih sangat banyak diluar sana anak-anak Indonesia yang membutuhkan uluran tangan dan hati nurani kita untuk muwujudkan keinginan mereka untuk merasakan pendidikan yang layak, untuk melangkah mencapai impian dan cita-cita yang mereka miliki, dan untuk memajukan generasi kita kedepannya.
Bayangkan bagaimana kedepannya, keadaan Negara kita tanpa adanya pelajar-pelajar yang terdidik, yang mempunyai skill, yang bisa membawa perubahan di Indonesia. Bisakah pemerintah dan kita sebagai warga Negara Indonesia membantu mengurangi jumlah anak-anak jalanan yang kurang pendidikan?
Indonesia membutuhkan para pahlawan tanpa tanda jasa, para relawan-relawan yang memiliki hati nurani. Indonesia membutuhkan PERUBAHAN! Berilah kesempatan kepada masyarakat kecil. Buatlah mereka merasa MERDEKA tanpa adanya penindasan dari masyarakat kalangan atas. Berilah kesempatan pendidikan kepada anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Apalah arti uang di mata pemerintahan kita, yang rupiah-rupiahnya sangat berarti untuk masyarakat yang LEBIH membutuhkan. Pendidikan juga mengajari kita untuk saling membantu. Pendidikan juga mengajari kita tentang kebaikan-kebaikan, tentang keagamaan, tentang pahala dan dosa. Semua ASPEK dalam kehidupan kita, bahkan hal yang terkecilpun telah diajarkan dari satu kata penuh makna dan penting dalam kehidupan kita, “PENDIDIKAN”.
Apakah kita bisa tanpa pendidikan? TIDAK! Tidak akan ada rasa belas kasihan, kemanusiaan, bahkan tidak aka nada yang cerdas! Sekarang kita hidup di jaman serba modern yang semakin mempermudah kita mencapai pendidikan yang layak. Seharusnya kita malah harus semakin maju dan berpikir lebih cerdas dalam segala hal, karena apapun yang kita butuhkan, sangat tersedia pada jaman serba elektronik ini. Namun, kurangnya minat kita, lebih banyak orang yang terlena daripada memanfaatkan dan mengembangkannya. Dari pendidikan-lah kita belajar memanfaatkan. Jadi diharapkan pendidikan di Indonesia lebih diketatkan dan mengikuti perkembangan dunia sehingga kita tidak ketinggalan dari Negara lainnya.

Sabtu, 17 November 2012

(1/2) Seleksi JC Tahap 1 dan 2 ~ yuhu...

Jumat(16/11) adalah hari dimana anggota Student Union(SU) dan anggota Junior Council (JC) kembali disibukkan setelah kemarin ada final Typing Gladiator Session 2, hari ini dilakukan seleksi anggota JC yang baru, dimana seleksi ini bertujuan untuk mendapat anggota JC agar adanya regenerasi anggota JC saat ini, anggota JC yang dipilih adalah 10 orang, dimana setiapnya harus memiliki kriteria: dapat bekerja dalam tim, memiliki ide-ide luar biasa, memiliki inisiatif tinggi dalam organisasi, dapat berkomunikasi dengan baik kepada anggota JC lain dan pihak luar, dan dapat menjadi motor penggerak program-program kerja SU.

Junior Council(JC) pada awalnya dibentuk karena sekolah kita adalah SMK, di SMK kakak-kakak Student Union(SU) berada di Indutri,sehingga program-program kerja SU tidak dapat berjalan dengan lancar, maka JC di bentuk untuk membantu program-program SU selama anggota SU tidak berada di sekolah, tidaklah mudah untuk menjadi seorang anggota JC beberapa kegiatan untuk mendukung seleksi pun dilakukan.




 Pada awalnya ada sekitar 120 orang yang mendaftar, dan telah dibagi kedalam beberapa kelompok, namun sewaktu seleksi tahap pertama hanya 47 peserta yang hadir "langsung dicoret aja nama nya, kita gak bisa kasih toleransi, ini serius bukan main-main" ujar Dwi Head of Junior Council. Maka 47 peserta pagi kemarin memberikan biodata masing-masing berserta foto alay nya, Sabtu(17/11) akan di adakan seleksi tahap 2 dimana mereka akan membuat drama singkat dengan barang-barang bekas seperti koran, ini bertujuan untuk mengasah sejauh mana kreatifisan dan kerja sama antar kelompok namun hari ini juga panitia seleksis JC harus memulangkan 14 peserta karena dianggap kurang kompeten untuk menjadi seorang JC. Bagaimana tahap selanjutnya ? kita tunggu liputan selanjutnya. Semoga dalam berjalan dengan baik dan senior senior dapat memilih secara objektif dan profesional.(benny)
 

Visitor

Subscriber